• My Blog
  • Candlestick
  • Menit Forex
  • WP Strategy
  • Wallstreet
  • William Strategy



Senin, 14 Oktober 2013

Ekonomi Makro Indonesia

Di tengah risiko ketidakpastian perekonomian global, fundamental perekonomian domestik masih tetap baik. Pertumbuhan ekonomi tumbuh sebesar 6,2% (YoY) sepanjang tahun 2012. Permintaan domestik yang tetap kuat masih menjadi penopang pertumbuhan dalam negeri. Daya beli masyarakat meningkat seiring naiknya pendapatan per kapita penduduk yang mencapai USD3.563 per tahun pada 2012. Kinerja investasi diperkirakan sedikit meningkat sejalan dengan optimisme serta iklim usaha yang kondusif. Sementara itu, apabila dilihat dari sisi produksi, sektor-sektor yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Ekonomi Makro Indonesia

Perekonomian Indonesia yang tetap tumbuh tersebut memberikan pengaruh positif terhadap tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka per Agustus 2012 turun menjadi 6,14% dibandingkan Agustus
2011 yang mencapai 6,56%. Angka pengangguran Indonesia ini juga lebih rendah dibandingkan angka pengangguran negara-negara maju seperti AS dan Uni Eropa yang masing-masing berada di tingkat 7,8% dan 11,7% per Desember 2012. Tingkat pengangguran Uni Eropa tersebut mencapai rekor tertinggi dengan tingkat pengangguran muda sekitar 24%. Pada tahun 2012, perolehan peringkat investasi Indonesia turut menjadi faktor yang menjaga persepsi investor terhadap perekonomian Indonesia. Pada 18 Januari 2012, Moody's Investors Service menaikkan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia menjadi Baa3 dengan stable outlook. Moody's menyatakan bahwa faktor kunci yang mendukung keputusan upgrade terhadap sovereign credit rating Indonesia adalah antisipasi posisi keuangan pemerintah akan tetap sejalan dengan negara-negara pada level Baa, perekonomian Indonesia yang telah menunjukkan ketahanannya yang cukup baik terhadap external shock, telah tersedianya kebijakan dan perangkat kebijakan untuk menangkal berbagai kerentanan di sektor keuangan, serta sistem perbankan yang semakin kuat dalam menghadapi tekanan.

Pada 23 April 2012, lembaga pemeringkat Internasional Standard and Poor’s (S&P) juga melakukan afirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level BB+(long-term) dan B (short-term) dengan outlook positif. S&P menyatakan bahwa kelemahan yang terdapat pada kondisi ekonomi dan institusional dapat diimbangi oleh kondisi fiskal, eksternal dan moneter yang cukup kuat. Outlook positif mencerminkan kemungkinan upgrade apabila pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat, pasar keuangan yang semakin dalam, dan penerapan kebijakan yang terukur. Upgrade rating kredit ini membuktikan bahwa Indonesia berhasil dalam menjaga stabilitas ekonomi makro sekaligus mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi ditengah ketidakpastian kondisi ekonomi global. Dengan memasuki tingkat investment grade ini, diharapkan penguatan fundamental ekonomi dan reformasi struktural terus berlanjut. Dari sisi kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), pada tahun 2012 masih mencatat surplus, meskipun mengalami tekanan defisit transaksi berjalan. Melemahnya permintaan dari negara-negara mitra dagang dan turunnya harga komoditas ekspor berdampak pada menurunnya kinerja ekspor. Impor masih tumbuh cukup tinggi, terutama dalam bentuk barang modal dan bahan baku, sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi. Tingginya impor juga tercatat pada komoditas migas akibat tingginya konsumsi BBM, sehingga berdampak pada defisit neraca migas yang terus meningkat dan menambah tekanan pada defisit transaksi berjalan. Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat kenaikan surplus.


ARTIKEL TERKAIT:

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar atau kritik serta saran yang membangun untuk kemajuan isi konten blog ini, Terima kasih No Sara, No Racism